Suasana lapangan Desa Kersik sore itu penuh dengan sorak dan tawa. Tanah yang becek setelah diguyur hujan justru menambah keseruan, terutama saat lomba bola lumpur antar ibu-ibu dimulai. Dengan penuh semangat, para peserta berlari, terjatuh, dan bangkit lagi tanpa ragu meski pakaian mereka kotor oleh lumpur.

Sorak penonton semakin ramai ketika seorang peserta terjatuh sambil tetap memegang erat bola, sementara lawannya berusaha merebutnya dengan segala cara. Tidak ada rasa malu, yang ada hanyalah tawa kebersamaan yang tulus. Bahkan penonton ikut terpingkal-pingkal melihat tingkah laku lucu para peserta yang berusaha keras memenangkan pertandingan.

Lomba ini bukan hanya tentang siapa yang keluar sebagai juara, melainkan tentang bagaimana kerja sama, kekompakan, dan semangat gotong royong ditumbuhkan. Setiap tim harus saling percaya dan bahu-membahu agar bisa memenangkan permainan. Kekalahan pun diterima dengan lapang dada, karena yang utama adalah tawa dan kebahagiaan bersama.

Hari itu, lumpur bukan lagi penghalang, melainkan pengikat kebersamaan. Melalui perlombaan, warga Desa Kersik membuktikan bahwa kekompakan dan kebersamaan adalah kunci untuk membangun semangat kemerdekaan yang sejati.